KISAH DIBALIK UPACARA ADAT JUMEDHULING MAHESA SURA
12 September 2018 12:19:55 WIB
SrigadingNews.Konon, menurut ceritera, dahulu kala penduduk kawasan pesisir Pantai Selatan kondisinya sangat memprihatinkan, warga masyarakat menderita kesusahan, tanaman petani rusak, banyak penyakit atau pageblug. Penderitaan ini disebabkan oleh ulah kerbau raksasa Mahesa Sura, yang muncul pada malam 1 Suro, mengamuk membabibuta, merusak tanaman para petani, mata pencaharian utama mereka.
Para petani dan masyarakat telah berupaya menjinakkan kerbau itu, berbagai upaya dilakukan, namun upaya apapun, tidak mampu menundukkan kerbau yang ganasnya luar biasa itu. Melihat hal itu, Ki Bekel Kentol Secawijaya, seorang tokoh setempat, memohon doa kepada Tuhan Sang Pemilik Alam Semesta, terkabul doanya, muncul seorang putri dari Laut Selatan, Kanjeng Ratu Kidul yang memberikan petuahya untuk membasmi kerbau ganas itu. Dengan berbekal senjata cambuk sakti, Bekel Secawijaya menundukkan kerbau raksasa itu, bahkan kerbau itu dapat dijinakkan untuk membantu para petani menggarap sawah ladangnya.
Akhir cerita para petani dan masyarakat bersyukur telah terbebas dari kesengsaraan dan menuai kemakmuran. Wujud rasa syukur masyarakat ditandai dengan membuat gunungan berupa hasil pertanian yang dibagikan kepada masyarakat serta meggelar tari-tarian.
Ceritera turun temurun itu, kini telah dikemas dengan atraksi seni yang menarik. Acara ritual dilaksanakan di pesisir Pantai Samas, dengan menampilkan fragmen sang Kerbau raksasa mengamuk memporakporandakan tanaman milik petani, yang pada akhirnya dapat ditundukkan oleh Ki Secawijaya, yang diperankan oleh Rois Sogesanden.
Fragmen cerita rakyat kembali ditampilkan di komplek rumah Limasan Desa secara utuh, jika di pantai Samas hanya potongan adegan mengamuknya kerbau mengobrak-abrik tanaman petani, yang akhirnya bisa ditundukkan Seca Wijaya, di pelataran parkir wisata Samas, yang telah ditata sedemikian menjadi arena untuk menghibur tamu dan masyarakat. Kemunculan Ratu Kidul ditampilkan di sini, demikian pula para penari yang berasal dari Pedukuhan Tegalrejo dan sekitarnya, menarikan aneka tarian sebagai lambang luapan kegembiraan mereka. Tidak berhenti di situ, paguyuban gejog lesung Pedukuhan Ngemplak “Laras Manunggal” dengan kolaborasi kerawitan “Sekar Manis” juga dari pedukuhan yang sama ikut memeriahkan upacara adat itu. Acara yang dilaksanakan pada hari Senin (10/09) mulai jam 20.00 WIB berakhir pada 23.15 WIB.
Komentar atas KISAH DIBALIK UPACARA ADAT JUMEDHULING MAHESA SURA
Formulir Penulisan Komentar
kalender
Musik
TAUTAN
Statistik Kunjungan
Hari ini | |
Kemarin | |
Jumlah Pengunjung |
- Pelatihan Pembentukan Badan Usaha dari Pengabdian Dosen UNU Yogyakarta Di Padukuhan Malangan
- Monitoring dan Evaluasi Bantuan Keuangan BKK dan P2MK Kabupaten Bantul TA 2024
- Sosialisasi Perlindungan Anak di Padukuhan Tinggen
- Pelatihan Pembuatan Sirup Jahe dan Jahe Secang Seduh dari UNU Yogyakarta di Padukuhan Malangan
- Rapat Koordinasi Persiapan Pelaksanaan Papanisasi Cagar Budaya
- Bimtek Penyusunan Peraturan Perundang-undangan tingkat Kalurahan
- FGD MASTERPLAN FACTORY SHARING BAWANG MERAH
Website desa ini berbasis Aplikasi Sistem Informasi Desa (SID) Berdaya yang diprakarsai dan dikembangkan oleh Combine Resource Institution sejak 2009 dengan merujuk pada Lisensi SID Berdaya. Isi website ini berada di bawah ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik dan Attribution-NonCommercial-NoDerivatives 4.0 International (CC BY-NC-ND 4.0) License